Minggu, 16 Oktober 2011

BANI FATIMIYAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Pendahuluan
Apabila dikaji secara mendalam tentang aliran-aliran dalam Islam, maka akan ditemukan aliran Syi’ah .) Aliran ini timbul akibat gejolak politik antar Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah ibn Abu Sufyan. Dalam Syi’ah terdapat sekte Imamiyah ) yang menjadi embrio timbulnya sekte Ithna Ashar ) dan sekte Imam Sab’ah )atau yang lebih dikenal dengan sekte Isma’iliyah. )Sekte Isma’iliyah mempunyai beberapa aliran ), salah satunya adalah aliran Fatimiyah. )
Dalam perkembangan sejarahnya, aliran Syi’ah selalu menjadi golongan marginal, baik pada masa daulah Umaiyah maupun daulah Abasiyah, walaupun tatkala Daulah Abasiyah berjuang dan berhasil mengambil alih kekuasaan dari bani Umayyah mempunyai andil besar. Baru pada tahun 172 Hijriyah/ 789 Masehi berdiri Dinasti Idrisiyah yang didirikan oleh Muhammad ibn Abdullah di Maroko. Dinasti Idrisiyah berkuasa sampai tahun 314 Hijriyah/ 926 Masehi. )
Kondisi marginalistik ini membangkitkan aliran Syi’ah dari sekte Isma’iliyah. Gerakan Isma’iliyah ini dipelopori oleh Abdullah ibn Isma’il bersifat gerakan bawah tanah (rahasia). Hal ini disebabkan antara lain sikap Khalifah Harun Al-Rashid yang ingin menangkapnya karena dituduh ingin merebut kekuasaannya. ) Konon, setelah menerima kabar akan penangkapan dirinya, Abdullah meloloskan dirinya dari Madinah ke kota Rayy dalam wilayah Iran Utara. Dari sinilah Abdullah mulai melancarkan gerakan bawah tanah yang terkenal dengan gerakan Isma’iliyah. Gerakan ini dimulai dengan kegiatan dakwah (propaganda). Doktrin yang didakwahkan antara lain bahwa Abdullah yang berhak menduduki Al-Mahdi (juru selamat manusia), menebalkan seorang khalifah (imam) untuk gerakan itu, menuntut berlangsungnya suatu revolusi social, membangun suatu system filasafat yang berdasarkan sebuah agama baru. ) Penyebaran doktrin ini dilaksanakan oleh paragon (da’i) dengan jaringan yang teroganisir secara rapi, sehingga gerakan Isma’iliyah ini merasa aman dan dirasakan cukup efektif, yang pada waktu singkat (sekitar 6 tahun) sudah meliputi Yaman, Bahrain, Sind, India, Mesir dan Afrika Utara. )
Sebenarnya sasaran dakwah gerakan Isma’iliyah itu masih termasuk dalam kekuasaan Daulah Abbasiyah, yang ketika itu posisi khalifah tidak hanya sebagai simbol dan daerah-daerah itu jauh dari pusat kekuasaan. Hal-hal yang demikian ini dimanfaatkan oleh Abdullah segera mendapat dukungan di kalangan masyarakat luas, termasuk para pembesar kerajaan tidak kurang dari sepuluh orang sudah menganut faham Syi’ah. Pada saat itu Afrika Utara dikuasai oleh Dinasti Aqhlabiyah. Pada tahun 296 Hijriyah/ 909 Masehi Dinasti Aqhlabiyah diperintah oleh Emir Abu Mudhari Ziadatullah yang bersifat glamour dan berfoya-foya. Sifatnya itu sangat tidak disukai rakyatnya, sehingga kesempatan ini dipergunakan oleh Abdullah untuk menyerangnya. Dalam serangan ini Emir merasa terdesak dan melarikan diri ke pulau Sicilia. Dengan dikuasainya Afrika Utara ini kemudian diumumkan terbentuknya Dinasti Fatimiyah dan Abdullah sebagai Emirnya dengan gelar Abdullah A-Mahdi. )
Setelah menjadi Emir, Abdullah Al-Mahdi mengadakan reformasi ke dalam, yaitu merubah sistem perpajakan yang sangat memberatkan dan meresahkan orang Barbar. Hal ini dilakukan karena andil orang Barbar sangat besar. Reformasi ke luar adalah memperkuat angkatan laut untuk mengembangkan ekspedisi militer, seperti Genao, Sicilia dan Mesir. ) Berkat angkatan laut yang kuat daerah per daerah dapat ditaklukkan, termasuk Mesir. Dalam makalah ini akan dibahas tentang terbentuknya Dinasti Fatimiyah, perkembangan, kemajuan dan kehancurannya.



BAB II
PEMBAHSAN

A. TERBENTUKNYA DINASTI FATIMIYAH DI MESIR
Mesir ketika itu dikuasai oleh Dinasti Thaluniyah. Pada saat inilah Mesir mengalami zaman keemasan. ) Ahmad ibn Thalun (pendiri dinasti ini) telah dapat mengukir prestasi yang mengagumkan. Wilayah ekspansinya cukup luas sampai Syuriah, ada peningkatan bidang ekonomi, perbaikan irigasi, mendirikan rumah sakit di Fustat dan mendirikan Masjid Ibn Thalun yang sangat megah. ) Kondisi ini membawa Mesir sebagai pusat kebudayaan yang ternama. Dinati Thaluniyah berkuasa di Mesir sampai tahun 935 Masehi dan digantikan oleh Dinasti Ikhsyid. ) Dinasti Ikhsyid berkuasa sampai tahun 358 Hijriyah/ 969 Masehi. Dan Emir yang terkenal adalah Kafur. )
Sepeninggalan Kafur diteruskan oelh Ahmad ibn Ali yang ketika menjadi emir baru berusia 11 tahun. Roda pemerintahan dikendalikan oleh walinya bernama Ubaidillah ibn Tugj. Sifat dan perangai wali ini sangat buruk, sehingga sering menjengkelkan rakyat Mesir. Tidak kuat menerima perlakuan yang demikian, akhirnya rakyat Mesir memberontak dan berhasil menyingkirkan Ubaidillah ke Syam.
Sementara itu Dinasti Fatimiyah yang berpusat di Tusinia senantiasa memperkuat dan membangun kekuatan militernya. Sepeninggal Ubaidillah Al-mahdi yang telah berkuasa selama 25 tahun (297 hijriyah/ 909 Masehi – 322 Hijriyah/ 934 Masehi) lalu digantikan oleh Al-Qa’im (322 Hijriyah/ 934 Masehi – 334 Hijriyah/ 945 Masehi). Ia meneruskan kebijaksanaan ayahnya, baik ke dalam negeri ataupun ke luar negeri. Setelah Al-Qa’im meninggal digantikan oleh putranya Al-Mansur (334 Hijriyah/ 945 Masehi – 341 Hijriyah/ 952 Masehi). Ia adalah seorang pemuda yang gagah berani, sehingga tatkala Abu Yazid memberontak dapat dikalahkan. Dan peninggalan sejarah yang termasyur adalah bangunan Splended City yang bernama Al-Mansuriyah. )
Setelah Al-Mansur meninggal, digantikan oleh Al-Mu’iz Lidini Allah (341 Hijriyah/ 945 Masehi – 365 Hijriyah/ 975 Masehi). Ia mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan stabilitas keamanan, di samping memperbaiki struktur pemerintahan dengan cara meningkatkan kualitas gubernurnya. Yang ia lakukan adalah memberi hadiah kepada gubernur dan para pemimpin pemerintahan lainnya yang berprestasi dan mempunyai loyalitas tinggi.
Dari gambaran kondisi Mesir dan Dinasti Fatimiyah di Tunisia di atas, dapat ditarik benang merahnya dalam hal ekspansi militer Fatimiyah di Mesir. Sebenarnya ekspansi di Mesir telah dimulai sejak Ubaidillah Al-Mahdi, yaitu tahun 303 Hijriyah – 307 Hijriyah. ) Pada saat itu Mesir dikuasai oleh Dinasti Thaluniyah dengan Emir Dukaus. Saat tentara Fatimiyah kalah dan banyak yang cedera. Kemudian mengadakan serangan berikutnya pada tahun 307 Hijriyah/ 919 Masehi dipimpin langsung oleh Al-Qasim. Dalam serangan ini dapat dikuasai Iskandariyah ), Asminin dan Fuyun.
Ekspansi ketiga dilaksanakan dalam tiga periode. Pertama pada tahun 321 Hijriyah – 324 Hijriyah. Hasil peperangan ini adalah gencatan senjata. Kedua ekspansi militer dilaksanakan pada masa pemerintahan Dinasti Ikhsyid. Ketiga ekspansi dilakukan pada masa pemerintahan Al-Qasim dan Al-Mansur. Semua ekspansi itu belum dapat menaklukkan Mesir. Baru pada tahun 358 Hijriyah/ 969 Masehi Emir Mu’is Lidin Allah mengutus panglima perangnya yang gagah perkasa, Jauhar Al-Saqly bersama dengan prajurit yang terlatih mengadakan penyerangan ke Mesir. Jauhar Al-Saqly beserta bala tentaranya tidak mengalami kesulitan sama sekali untuk memasuki Mesir dan dengan demikian Mesir dapat ditaklukkan. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa ekspansi kali ini begitu mudah? Sedangkan ekspansi sebelumnya mengalami kesulitan? Hal ini disebabkan Dinasti Ikhsyid diperintah oleh Emir Ahmad ibn Ali dalam usia 11 tahun, sehingga roda pemerintahannya dijalankan oleh walinya Ubaidillah ibn Tugj yang berperingai buruk, sehingga dalam negeri Mesir sendiri terjadi pemberontakan antara rakyat dan Emirnya. Dengan dikalahkannya Dinasti Ikhsyid, maka berdirilah Dinasti Fatimiyah di Mesir, walaupun belum secara resmi .
B.     PERKEMBANGAN DINASTI FATIMIYAH DI MESIR
Masa perkembangan ini dimulai pada tahun 358 Hijriyah/ 969 Masehi sampai pada tahun 362 Hijriyah/ 973 Masehi. Perkembangan di bidang sosial, para pemimpin Fatimiyah tidak membedakan antara suku, etnis dan agama. Keadaan ini membawa ke arah kondisi yang selalu terbina, terpelihara dan tentram. Di bidang politik, mulai Al-Mu’z Lidin Allah memanggil dirinya dengan sebutan Al-Khalif, bukan lagi Emir. ) Hal ini menandakan bahwa kedudukan pemerintahan pemerintahan Dinasti Fatimiyah telah sejajar dengan kedudukan pemerintahan di Baghdad. Dan juga pada tanggal 17 Sya’ban 308 Hijriyah/ 969 Masehi telah diletakkan batu pertama oleh Jauhar Al-Saqly untuk membangun kota Kairo yang dipersiapkan sebagai ibu kota Negara. ) Dalam bidang agama atau pendidikan mulai dilaksanakan pembangunan Masjid Al-Azhar yang akan dipergunakan pusat dakwah dan sholat. Dan yang paling penting dalam perkembangan ini adalah cita-cita untuk menjadikan kota Kairo sebagai pusat-pusat kegiatan umat Islam, seperti tempat para ulama ahli sejarah, pusat kitab dan berbagai macam ilmu. ) Untuk ekspansi wilayah, setelah Mesir dikuasai, diarahkan ke wilayah timur, dari Afrika menuju Asia Barat yang meliputi Mekkah, Medinah, Damaskus, Yaman, Libanon, Palestina dan Al-Aqsa. )
C.    MASA KEMAJUAN YANG DICAPAI KHILAFAH FATIMIYAH
Dinasti Fatimiyah mencapai puncaknya pada periode Mesir, terutama pada masa kepemimpinan al-Mu’izz, al-Aziz dan al-Hakim. Puncaknya adalah masa al-Aziz. Mesir senantiasa berada dalam kedamaian dan kemakmuran rakyatnya karena keadilan dan kemurahhatian sang khalifah. Nama sang khalifah selalu disebutkan dalam khutbah-khutbah Jumat di sepanjang wilayah kekuasaannya yang membentang dari Atlantik hingga Laut Merah. Al Aziz adalah khalifah kelima yang berkuasa di dinasti Fatimiyah dan merupakan khalifah pertama di Mesir.
Pada masa ini terjadi perluasan wilayah dan pembangunan dalam kerajaan dan wilayah kerajaan, istananya bisa menampung 30.000 tamu, masjidnya sangat megah, perhubungan sangat lancar, dan keamanan terjamin. Perekonomian dibangun, baik dari sektor pertanian, perdagangan maupun industri sesuai dengan perkembangan teknologi pada waktu itu. Sumbangan dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar, baik dalam sistem pemerintahan, kebudayaan, politik maupun dalam bidang ilmu pengetahuan, kemajuan yang terlihat antara lain:
Di Bidang Pemerintahan, Fatimiyah berhasil mendirikan sebuah Negara yang sangat luas dan peradaban yang berlainan yang jarang disaksikan di Timur. Hal ini sangat menarik perhatian karena sistem administrasinya yang sangat baik sekali, aktifitas artistiknya, luasnya toleransi religiusnya, efesiensi angkatan perang dan angkatan lautnya, kejujuran pengadilan-pengadilannya, dan terutama perlindungan terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Di Bidang Kebudayaan, dinasti ini juga mencapai kemajuan pesat, terutama setelah didirikannya Masjid al-Azhar yang sekarang dikenal dengan Jami’at al-Azhar (universitas al-Azhar), yang berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan selanjutnya Masjid al-Azhar ini telah dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok Syiah maupun Sunni.
Di Bidang Politik, dilakukan oleh Khilafah Fatimiyah dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang bersifat politis yang dikeluarkan oleh khalifah, di antaranya:
1.      Pemindahan pusat pemerintahan dari Qairawan (Tunisia) ke Kairo (Mesir) adalah merupakan langkah strategis. Mesir akan dijadikan sebagai pusat koordinasi dengan berbagai Negara yang tunduk padanya, karena lebih dekat dengan dunia Islam bagian Timur, sedangkan Qairawan jauh di sebelah utara Benua Afrika.
2.      Perluasan wilayah. Pada masa khalifah al-Azis telah menguasai daerah yang meliputi negeri Arab sebelah timur sampai Laut Atlantik sebelah barat dan Asia kecil sebelah utara sampai Naubah sebelah selatan.
3.      Pembentukan Wazir Tanfiz yang bertanggung jawab mengenai pembagian kekuasaan pusat dan daerah. Namun Fatimiyah kurang berhasil di bidang politik dalam dan luar negeri, terutama ketika menghadapi kelompok nasrani dan sunni yang sudah lebih dahulu mapan dari pada Mesir.
Di Bidang Keilmuan dan Kesusastraan. Ilmuwan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Yakub Ibnu Killis yang berhasil membangun akademi keilmuan dan melahirkan ahli fisika bernama al-Tamimi dan juga seorang ahli sejarah yaitu Muhammad ibnu Yusuf al-Kindi dan seorang ahli sastra yang muncul pada masa Fatimiyah adalah al-AAzis yang berhasil membangun masjid al-Azhar.
Kemajuan yang paling fundamental di bidang keilmuan adalah didirikannya lembaga keilmuan yang bernama Darul Hikam, serta pengembangan ilmu astronomi oleh ahli ibnu Yunus dan Ali al-Hasan dan Ibnu Hayam karyanya tentang tematik, astronomi, filsafat fan kedokteran telah dihasilkan pada masa al-Mansur terdapat perpustakaan yang di dalamnya berisi 200.000 buku dan 2400 illumited al-Qur’an. Di Bidang Ekonomi dan Sosial, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang mengungguli daerah-daerah lainnya dan hubungan dagang dengan dunia non muslim dibina dengan baik, serta di masa ini pula banyak dihasilkan produk islam yang terbaik. Dikisahkan pada suatu Festifal, khalifah sangat cerah dan berpakaian indah, istana khalifah dihuni 30.000 orang terdiri 1200 pelayan dan pengawal, juga masjid dan perguruan tinggi, rumah sakit dan pemondokan khalifah yang berukuran sangat besar menghiasi kota Kairo baru, pemandian umum yang dibangun dengan baik, pasar yang mempunyai 20.000 toko luar biasa besarnya dan dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia.
Kemakmuran Mesir ini terjadi pada masa pemerintahan al-Azis yang memiliki sifat dermawan dan tidak membedakan antara syi’ah dan sunni, Kristen dan agama lainnya, sehingga banyak dai sunni yang belajar ke al-Azhar. Walaupun dinasti ini bersungguh-sungguh dalam mensyi’ahkan orang Mesir tapi tidak ada pemaksaan, inilah salah satu bentuk kebijakan yang diambil oleh khalifah Fatimiyah yang imbasnya sangat besar terhadap kemakmuran dan kehidupan sosial masyarakat Mesir.
Dari pemaparan tersebut di atas dapatlah kiranya ditarik benang merah dari kemajuan yang dicapai Dinasti Fatimiyah antara lain karena:
a. Pemimpinnya Bijaksana
b. Militernya kuat.
c. Administrasi pemerintahannya baik.
d. Ilmu pengetahuan berkembang dan ekonomi stabil.
e. Kehidupan bermasyarakat tentram dan damai.

D.    MASA KEJAYAAN DINASTI FATIMIYAH
Setelah mengusai Mesir selama empat tahun (antara tahun 969 – 973 Masehi), Dinasti Fatimiyah telah mengalami masa kejayaan, yang ditandai dengan berpindahnya pusat pemerintahan ke Kairo pada tahun 973 Masehi/ 362 Hijriyah. ) Farhad Daftary melukiskan sebagai “The Fatimid Period is One the Documented Periods in Islamic History.” ) Zaman kejayaan ini ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang antara lain bidang politik, ilmu pengetahuan, ekonomi, administrasi pemerintahan, militer, arsitektur, seni dan sebagainya. Kemajuan bidang ilmu pengetahuan. Para pejabat pemerintah dan masyarakat sangat antusias terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dengan adanya minat masyarakat yang selalu membanjiri pusat ilmu pengetahuan, sehingga membuat senang hati khalifah yang diwujudkan dengan memberi beasiswa bagi pelajar. ) Lembaga pendidikan banyak dibangun, seperti Universitas Al-Azhar ) dan Al-Hikmah ) yang dilengkapi dengan perpustakaan yang jumlah koleksi bukunya setara dengan perpustakaan Masjid Cordova di Spanyol. )
Ilmu-ilmu yang berkembang pada masa kejayaan ini dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, ilmu-ilmu dalam bidang agama, yang meliputi ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqh, ilmu tasawuf dan ilmu teologi. Kedua, dalam bidang aqliyah, meliputi filsafat, kedokteran, fisika, kimia, dan sejarah. Ilmu-ilmu tersebut dikembangkan oleh Dinasti Fatimiyah yang telah berhasil mencetak pakar di bidang masing-masing. Seperti Al-Kindy ahli dalam bidang sejarah, Ibnu Al-Haitham ahli dalam bidang fisika, kimia dan optik, Ali ibn Yunus ahli dalam bidang astronomi, Muhammad Al-Tamimi, Musa ibn Al-Azhar dan Ali ibn Ridwan ahli dalam bidang kedokteran, Abu Al-A’la Al-Ma’ary ahli dalam bidang filsafat. )
Perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh fasilitas dan sumber daya manusia yang memadai menjadikan kairo sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam pada saat itu, sehingga banyak peninggalan-peninggalan Mesir yang dijadikan referensi dan menjadi kajian-kajian sepanjang zaman. Kemajuan di bidang ekonomi. Dengan daerah kekuasaan yang amat luas, Dinasti Fatimiyah sangat mudah untuk mengembangkan perekonomian. Kondisi masyarakat yang aman dan tenteram serta munculnya berbagai bangunan yang megah dapat dijadikan indikasi bahwa ekonomi di Mesir mapan. Boswoth melukiskan kemajuan di bidang ekonomi ini melebihi Irak kontemporer. )
Bukti kemapanan dan kemajuan perekonomian adalah dengan adanya bangunan-bangunan seperti masjid dan Universitas, juga rumah sakit, jalan protokoler yang dilengkapi dengan lampu gemerlapan dan dibangunnya pusat perbelanjaan (supermarket) yang jumlahnya lebih dari 20.000 buah. ) Kemajuan perekonomian juga dapat dilihat dari segi kemajuan peralatan rumah tangga dan alat dapur yang terbuat dari emas dan perak. ) Kemajuan di bidang politik. Ekspansi militer yang dikembangkan oleh Dinasti Fatimiyah telah mencakup daerah yang sangat luas meliputi Mekkah, Medinah, Damaskus, Yaman, Libanon, Palestina dan Al-Aqsa. Dengan wilayah yang luas ini berarti kekuasaan Dinasti Fatimiyah membentang dari Atlantik di Barat hingga Yaman di Timur. ) Politik luar negeri yang dijalankan adalah menjalin kerjasama dengan Negara lain seperti Bizantium, Sind dan Yaman. ) Para duta besar yang dikirim membawa misi pemerintah melalui da’i-da’i. Kemajuan di bidang administrasi dan militer. Di bidang administrasi Negara secara umum tidak jauh berbeda dengan administrasi Negara yang telah dilaksanakan oleh Bani Abbasiyah, ) walaupun tidak persis sama sekali. Di dalam menjalankan roda pemerintahan ada system kementerian. Kementerian ini dapat dikategorikan menjadi dua kelas. Pertama, menteri peperangan (men of sword) yang terdiri dari pengawas militer, departemen pertahanan dan keamanan dan pejabat tinggi lainnya. Kedua, menteri kesekretarisan (men of the pen) yang terdiri Qoji (pemimpin percetakan), the chief preacher (pemimpin lembaga sains), the deputy chamberlain (duta besar) dan the reader (qori’). ) Dari tingkatan yang paling rendah dalam the men of the pen adalah para pembantu yang terdiri dari pegawai dan sekretaris suatu departemen.
Sedangkan di bidang militer pelaksanaannya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan yaitu : (1) Amirs (pegawai tinggi dan pegawai khalifah) (2) officer of the guard (pegawai biasa termasuk ilmuan) dan (3) the different regiment (pegawai yang bertugas membawa nama-nama, seperti Hafiziyah, Sudaniyah dan sebagainya. ) Perkembangan di bidang arsitektur dan seni. Para khalifah Fatimiyah mengalir darah seni. Ketertarikannya terhadap bidang arsitektur dan seni terlihat dengan adanya gedung dan bangunan yang mempunyai nilai seni. Diantaranya adalah masjid-masjid seperti Al-Azhar, ) Masjid Al-Hakim ibn Amrillah, Masjid Al-Aqmar dan Masjid Al-Sholeh Thole. ) Di samping itu terdapat gedung-gedung yang terkenal, seperti gedung emas, gedung pembuat mata uang, gedung perpustakaan dan lain-lain. Bangunan itu dibuat bukan hanya sangat megah, tetapi mempunyai nilai seni dan arsitektur yang tinggi yang tidak kalah dengan nilai-nilai arsitektur Romawi maupun Bizantium. Perkembangan seni bukan terbatas kepada bangunan dan gedung, seni ukir keramik atau tembikar juga sudah dikenal pada saat itu.
Masa kemajuan yang dialami oleh Dinasti Fatimiyah adalah hasil kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Bukti kerjasama ini telah terlihat tatkala Bani Fatimiyah baru menjalankan propaganda-propaganda (dakwah) yang mendapat sambutan yang sangat simpatik dari lapisan masyarakat di mana dakwah itu dilaksanakan.
E.     KEMUNDURAN DINASTI FATIMIYAH
Fase kemunduran Dinasti Fatimiyah berawal dari adanya konflik dengan Yunani mengenai masalah Suriyah. Pada saat bersamaan muncul pula suatu aksi salib yang akan mengancam bahkan ingin menghancurkan Islam. Pada pertengahan abad 12 Masehi Wajir Fatimiyah menjalin kerjasama dengan Dinasti Zingiyah dan Nurudin dari Aleppo untuk melawan tentara salib akan tetapi Ascelon jatuh ke tangan Crusaders (salib). ) Sisi lain Dinasti Fatimiyah sudah terjadi perpecahan yang mengakibatkan para khalifah pada waktu itu kehilangan banyak kekuasaan, sedangkan wazirnya memegang kekuasaan eksekutif dan militer.
Kekacauan sekitar masalah suksesi menghilangkan anggapan Isma’iliyah transendensi imam, kenyataannya bahwa fungsi imam senantiasa mengalami pergeseran bertambah atau berkurang dari sifat ketuhanan. Kekacauan itu memuncak ketika terjadi keretakan antara Nizariyah dan Musta’liyah. Kondisi keretakan semacam ini berpengaruh terhadap stabilitas pemerintahan khalifah. ) Sepeninggal Al-Musta’ly digantikan oleh Amir sebagai penguasa di Mesir ketika masih berusia kanak-kanak. Sepeninggal Al-Amir Dinasti Fatimiyah di Mesir mengalami masa kehancuran pada saat itu timbul pertentangan faham keagamaan antara kalangan penguasa dengan mayoritas masyarakat yang menganut Sunni. Menurut Ahmad Amin dinasti Fatimiyah berkuasa di Mesir cukup lama tetapi belum bias men-Syi’ah-kan rakyat Mesir. ) Sementara di Aleppo Nur Al-Din mengadakan perjanjian dengan Bizantium dan ia ingin menaklukkan beberapa wilayah termasuk Mesir. Untuk itu Nur Al-Din mengirim jenderalnya ke Mesir untuk menaklukkan wilayah itu. Karena suasana anarkis telah melanda Dinasti Fatimiyah, maka akhirnya pada tahun 1171 Masehi Salahuddin dengan mudah menaklukkan dan sekaligus menghancurkan Dinasti Fatimiyah di Mesir.

















BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dinasti Fatimiyah menganut aliran Isma’iliyah dari faham Syi’ah. Sekte Syi’ah sendiri sepanjang sejarah menjadi masyarakat marginal baik pada masa Daulah Umayyah maupun Abbasiyah. Kemarginalan ini mendorong sekte Syi’ah untuk berjuang lebih keras agar dapat memperoleh kekuasaan.  Usaha untuk memperoleh kekuasaan disponsori oleh Ubaidillah Al-Mahdi dari aliran Isma’iliyah. Perjuangan Al-mahdi yang panjang dimulai dari pengasingannya di tanah Iran Utara. Dari sana ia mulai menghimpun kekuatan di bawah tanah selama kurang lebih enam tahun. Kegiatan di bawah tanah ini dijalankan melalui propaganda-propaganda (dakwah) dengan keramah tamahan dan kebaikan hati. Propaganda ini telah menarik simpati rakyat Afrika Utara sehingga Al-Mahdi dapat mengalahkan Dinasti Aghlabiyah di daerah Tunisia.
Setelah dapat dikalahkan Al-Mahdi baru memproklamasikan Dinasti Fatimiyah yang berkuasa di sana. Dari Tunisia gerakan propaganda-propaganda dikembangkan sampai ke wilayah Mesir. Dan akhirnya wilayah Mesir dapat diduduki dan menjadikan kota Kairo sebagai ibu kota pemerintahan. Dinasti Fatimiyah mulai membangun kota Kairo sebagai pusat kebudayaan umat Islam dan peninggalan-peninggalannya dijadikan kajian-kajian di masa-masa yang akan datang. Faham Syi’ah yang dianut oleh Dinasti Fatimiyah tidak dapat dijadikan faham rakyatnya sehingga sebagian besar rakyatnya menganut faham Sunni. Dalam perkembangannya Dinasti Fatimiyah mengalami perpecahan dalam tubuhnya sendiri sehingga tidak bias mengantisipasi ancaman yang dating dari luar. Kondisi yang lemah ini dimanfaatkan dengan baik oleh Salahuddin Al-Ayyubi untuk dapat menaklukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir.
B.     Penutub

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Munim Hamadah, Misra wa al Fath al Islamy, t.t.p., 1970
Ahmad Amin, Zuhr al Islam, Juz IV, Beirut, t.t.p., 1969
A.    Latif Usman, Ringkasan Sejarah Islam, Jakarta, Wijaya, 1976

CE. Bosworth, Dinasti-dinasti di Dalam Islam, Terj. Ilyas Hasan, Bandung, Mizan, 1993

Farhad Daftary, The Ismailis: Their History and Doctrinnis, New York, Cabrigde,
University Press, 1990
Fazlur Rahman, Islam, Terj. Senoaji Sholeh, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 1979

Fuad M. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1985

Glasse Cyril, Ensiklopedia Islam, Terj. Ghufron al Masadi, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 1996
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta, UI Pres, 1974

Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al Daulah al Islamiyah, Mesir, Muktazam, 1958

Jurzy Zaidan, History of the Islamic Civilation, New Delhi, Kitab Bravan, 1978

K. Ali, A Study of Islamic History, India, Idarat Adaliat, 1980
Philip K. Hitti, History of the Arabs, London, Macmillan, 1968

Soekama Karya, dkk., Ensiklopedia Mini, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1998
Sayyed Hosen Nasr, Sains dan Peradaban di Dalam Islam, Terj. J. Wahyuddin, Bandung, Pustaka al Husna, 1986
Sayed Amoer Ali, A Sorth History of the Saracens, New Delhi, Kitab Bravan, 1981

Team Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Islam, Jakarta, Djambaran, 1992

Joesoef Souyb, Syiah, Studi Tentang tokoh dan Alirannya, Jakarta, al Husna Dikra, 1997



Sabtu, 15 Oktober 2011

HAKIKAT KEHIDUPAN

PEMBAHASAN

A.    Tujuan Diberlangsungkanya Kehidupan
Allah berfirman dalamk Al Qur’an Surah Al Insan Ayat 1-3 :
ö@yd 4tAr& n?tã Ç`»|¡SM}$# ×ûüÏm z`ÏiB ̍÷d¤$!$# öNs9 `ä3tƒ $\«øx© #·qä.õ¨B ÇÊÈ $¯RÎ) $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB >pxÿôÜœR 8l$t±øBr& ÏmÎ=tGö6¯R çm»oYù=yèyfsù $JèÏJy #·ŽÅÁt/ ÇËÈ $¯RÎ) çm»uZ÷ƒyyd Ÿ@Î6¡¡9$# $¨BÎ) #[Ï.$x© $¨BÎ)ur #·qàÿx. ÇÌÈ
Artinya :

Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat. Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.( Al Insaan Ayat 1-3 )

Melalui ayat-ayat di atas kita memperoleh informasi bahwa dahulu kita bukanlah apa-apa. Tidak ada sesuatu apapun yang menjadi bagian dari diri kita. Lalu, dari sperma yang terkandung dalam air mani yang tergabung dalam sel telur, Allah memperjalankan proses penciptaan. Tahap demi tahap harus dilalui sampai ahirnya seorang manusia lahir ke dunia. Tak ada campur tangan apa pun dari kita dalam proses panjang ini. Kita bahkan tidak menyadari sama sekai perjalanan panjang yang kita lalui itu.
Penghayatan serius atas fenomena ini akan memunculkan kesadaran dlam diri kita bahwa diri kita bukan milik kita. Diri kita sesungguhnya berada dalam kekuasaan dan kendali sang pencipta. Kita tidak pernah merencanakan hidup didunia. Kita juga bahkan tidak pernah punya keinginan untuk lahir kedunia. Kita tidak pernah mengharap untuk menjadi seorang laki-laki ataupun perempuan. Kita tidak pernah menentukan untuk menjadi manusia atau mahluk lain.
Karna hidup ini berlangsung bkan karna kehendak dan rencana kita, tapi kehendak dan rencana Allah SWT. Maka tujuan nhidup ini pun menjadi bagian dari kehendak dan rencana Allah SWT. Sebagai mana keberadaan kita yang terjadi karna kehendak Allah SWT. Secara gambling dalam ayat kedua surat Al Insan Allah memaparkan tujuan tersebut. Allah berkehendak menguji kita dengan diturunkanya perintah dan larangan.
Dijadikanya pengelihatan dan pendenggaran bagi kita bukan untuk dinikmati sekehendak kita, tetapi unt6uk digunakan sesuai derngan petunjuk yang Allah berikan ada saatnya kita diperintah untuk mengunakanya, ada saatnya kita diperbolehkan untuk mengunakanya, dan ada saatnya kita dilarang untuk mengunakanya.
Kita memang dapat merasakan nikmat dari adanya pengelihatan dan pendengaran. Namun, kita harus mengetahui bahwa pengelihatan dan pendengaran yang ada pada diri kita didesain untuk memungkinakan keberlangsungan ujian. Semua detail yang terkait dengan pengelihatan dan pendengaran bukan dirancang untuk mengetahui hakikat segala sesuatu, bukan pula untuk mewujudkan nikmat secara maksimal, tetapi untuk menyempurnakan ujian. Jika kita diberikan pengelihatan dan pendengaran tidak seperti yang sekarang, maka ujian yang dirasakan tidak berlangsung secara maksimal.
Banyak jenis pengelihatan dan pendengaran dengan kualitas tertentu yang tidak biasa kita rasakan. Karena itu sangat mungkin terdapat berbagai nikmat pengelihatan dan pendengaran yang hanya dapat dirasakan di alam yang bukan alam sekarang ini
Sejauh ini kita mengetahui bahwa kita dapat melihat karna ada setimulus lewat mata dan karna ada setimulus dari telinga. Akan tetapi, telah diketahui bahwa kita bisa melihat sesuatu tanpa mengunakan mata, juga dapat mendengar  mengunakan sesuatu tanpa menggunakan telinga, perkembangan ilmu pengetahuan sudah sampai ketingkat itu. Ini berarti mata dan telinga bukan satu-satunya media untuk melihat dan mendengar. Jika demikian, untuk apa kita dijadikan melihat melalui mata dan dijadikan mendengar melalui telinga. Jawabanya kembali kepada tujuan diberlangsungkanya hidup ini yaitu untuk memungkinkan keberlangsungan ujian.
Jika manusia diberikan seluruh kenikmatan pengelihatan dan pendengaran seperti apa yang akan diberikan kepada penghuni surga, maka tidak akan ada orang yang tidak tertarik dengannya sehingga berita tentang adanya surga tidak lagi menjadi ujian. Sebaliknya, jika manusia diberikan pengelihatan seperti hewan yang buta warna dan diberikan pendengaran seperti hewan yang hampir tidak dapat mendengar, maka indahnya dunia tidak menjadi ujian.
Allah telah menciptakan dunia ini sebagai persinggahan sementara untuk menempatkan manusia dalam cobaan, menyucikannya dari dosa-dosanya, membuatnya mencapai jiwa yang bernilai surga, dan menyingkap kejahatan kafirin… Akan tetapi, sangat sedikit manusia merenungi dan meresapi kebenaran ini: itulah mereka yang beriman sempurna.
Pandangan terhadap kehidupan seorang mukmin yang telah meraih keimanan sempurna didasarkan pada kenyataan yang sangat penting ini yang ditekankan dalam Qur'an. Tidak seperti kafirin, orang seperti dia tidak merasa terikat pada kehidupan di dunia ini. Sebaliknya, ia berjuang bagi kehidupan di hari kemudian. Sadar bahwa ia diciptakan “hanya untuk menyembah Allah,” ia mengingat ayat
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (QS Al-Dzariat, 51; 56)
Sebagaimana disebutkan di muka, menyembah Allah tidaklah terbatas pada menaati sejumlah bentuk pemujaan seperti bershalat wajib atau berpuasa. Sebaliknya, menjadi hamba Allah mencakup sepenuh kehidupan seseorang. Mukmin beriman sempurna adalah seseorang yang dapat diartikan sebagai menghabiskan seluruh hidupnya melayani Allah. Ia hidup hanya untuk Allah, bekerja hanya demi Allah, dan mengabdikan seluruh daya-upayanya demi tujuan Allah. Ia benar-benar menyadari bahwa dunia ini bukan sesuatu melainkan tempat cobaan. Dalam Qur'an, Allah menarik perhatian pada hal ini: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setitik mani yang bercampur, lalu Kami uji dia; maka Kami jadikanlah ia mendengar, lagi melihat.” (QS Al-Insan, 76: 2) Allah, lebih jauh, menarik perhatian ke sifat menipu dunia ini dan memperingatkan manusia: Hai manusia! Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka, sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdaya kamu dan sekali-kali janganlah orang yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. (QS Al-Fathir, 35: 5)

B.     Alat Ujian dalam Kehidupan
Sangat penting untuk mengetahui bahwa hidup adaah ujian karna ketidak tahuan akan hal itu membuat seseorang lalai dan pasti akan gagal menjalankan ujian ini. Ujian pada hakikatnya dalah ujian penempatan. Hasil ujian itu yang akan menentukan pilihan tempat bagi setiap orang yang hidup di akhirat. Yang tidak kalah pemtingnya adalah mengetahui media apa yang digunakan untuk memugkinkan terjadinya ujian.
Kebanyakan orang hanya mengetahui alat ujian yang terdiri dari dunia luar . Harta, kedudukan, dan kehormatan merupakan alat ujian yang mudah dipahami. Tetapi  sedikit orang yang mengetahui  bahwa dirinya adalah alat ujian yang paling ampuh. Semua sensasi yang kita peroleh, baik melalui pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan perbaan, dihadirkan kepada kita sebagai alat ujian.
Bahkan semua ujian yang kita anggap berada diluar diri kita, sebenarnya sangat bergantung dengan apa yang ada dalam diri kita. Harta yang dikejar oleh para pemburu dunia sebenarnya hanya persepsi di otak manusia yang dihadirkan sebagai ujian.  Demikian pula kedudukan dan  kehormatan, wserta semua yang disukai manusia sebenarnya  hanyalah persepsi-persepsi semata. Begitu sempurnanya persepsi-persepsi tersebut sehingga kebanyakan orang tertipu sampai mengira bahwa itu adalah wujud yang sebenarnya.
Bukan hanya hal yang menyenangkan, apa myang tidak menyenangkan dan menyakitkanpun hany persepsi dan kehadiran sebagai ujian. Sebenarnya jika Allah berkehendak, Allah dapat saja menghadirkan hidup ini tanpa kekurangan, tanpa penyakit, dan tanpa kesulitan apapun. Namun jika itu terjadi, maka kehidupan ini bukan lagi ujian. Kehidupan seperti itu akan terwujud di Akhirat.

C.    Hikmah Diciptakanya Nikmat dan Sengsara
pengetahuan tentang terjadinya kehidupan menyediakan berita dan kesimpulan bahwa tidak ada hal yang sederhana dalam berlangsungnya kehidupan. Tidak ada nikmat yang kita rasakan yang bernilai biasa. Semua nikmat bernilai luar biasa. Dari oksigen yang digunakan untuk bernafas sampai darah yang berfungsi untuk mengantarkan makanan keseluruh sel tubuh, dari sel tubuh, dari sel-sel kulit sampai sel-sel yang membentuk otak, semuanya merupakan sistemyang luar biasa. Jika semua itu terkesan biasa, itu karena hal yang lkuar biasa itu dimudahkan oleh Allah bagi kita. Disamping itu, banyak kebutuhan dan nikmat yang kita perlukan dalam hidup ini, bahkan yang sangat vital, Allah sediakan secara berlimpah. Kekuranghati-hatian kita dalam berfikir akan menghasilkan kesimpulan yang keliru yaitu bahwa nikmat-nikmat yang kita rasakan adalah sesuatu yang biasa dan alami.
            Setiap manusia yang lahir kedunia ini dilengkapi dengan alat untuk merasakan nikmat-nikmat Allah. Manusia diberikan kelengkapan untuyk merasakan berbagai kenikmatan didunia adalah agar memungkinkan munculnya ketertarikan kepada janji Allah berupa surge diakhirat, juga agar muncul rasa syukur atas segala nikmat, allah didunia Allah berfirman dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat 152 :
þÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr& (#rãà6ô©$#ur Í< Ÿwur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ
Artinya:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Selain diberikan perlengkapan untuk dapat merasakan nikmat yang beragam, manusia juga dilengkapi dengan potensi untuk merasakan kesengsaraan. Potensi itu untuk tujuan jangka pendek, hidup didunia menjadi penting sebab manusia baru dapat menghargai, bahkan baru dapat merasakan nikmat itu sebagai nikmat jika mereka mengenal dan merasakan kesengsaraan dan kesakitan.
Mereka yang beriman sempurna yang telah meresapi kenyataan penting ini menerima manfaat terbaik yang mungkin di dunia ini. Namun, ada satu perbedaan pokok antara mereka dan orang-orang yang terbuai oleh dunia ini; mereka tidak merasa rakus akan nikmat-nikmat ini. Sebaliknya, mereka merasa bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia karuniakan kepada mereka, sebab mereka mengetahui bahwa pemilik sejati semua benda di bumi adalah Allah.
Mereka yang mengira memiliki harta, kecantikan, atau kekuasaan sesungguhnya memperdaya diri sendiri, karena bukan mereka yang telah menciptakan semua itu. Mereka tidak mampu menciptakan bahkan satu saja dari semua itu. Lebih jauh, mereka tidak dapat mencegah semua itu dari kepunahan. Mereka sendiri adalah makhluk yang diciptakan… Suatu hari, mereka pasti kan mencicipi kematian, meninggalkan di belakang semua yang menjadi milik kehidupan ini. Kesadaran akan ayat, “Sesungguhnya orang-orang itu menyukai kehidupan yang dekat (di dunia), dan mereka abaikan di belakang mereka hari yang berat.” (QS Al-Insan, 76: 27) adalah apa yang membedakan mereka yang beriman sempurna dengan mereka yang hidup dalam kelalaian. Mereka yang beriman sempurna mempersiapkan diri bagi kehidupan selanjutnya, bukan yang satu di dunia ini.
      Sudah menjadi karakter jiwa manusia pada umunya bahwa ia akan berendah diri di hadapan Allah, jika dalam keadaan terancam atau dalam keadaan sakit. Allah menyampaikan itu dalam Al Qur’an Surah Al An’am Ayat 63 :
ö@è% `tB /ä3ŠÉdfuZム`ÏiB ÏM»uHä>àß ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur ¼çmtRqããôs? %YæŽ|Øn@ ZpuŠøÿäzur ÷ûÈõ©9 $uZ8pgUr& ô`ÏB ¾ÍnÉ»yd ¨ûsðqä3uZs9 z`ÏB tûï̍Å3»¤±9$# ÇÏÌÈ
Artinya :
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang Lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur"". (Al An’am Ayat 63).
Dan sudah menjadi karakter manusia pula pada umumnya jika ia akan kembali melupakan Allah ketika sudah terbebas dari ancaman dan kesulitan. Allah menyampaikan fakta ini dalam Al Qur’an surah Al Ankabut Ayat 65 :
#sŒÎ*sù (#qç7Å2u Îû Å7ù=àÿø9$# (#âqtãyŠ ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC çms9 tûïÏe$!$# $£Jn=sù öNßg9¯gwU n<Î) ÎhŽy9ø9$# #sŒÎ) öNèd tbqä.ÎŽô³ç ÇÏÎÈ
Artinya :
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) ( QS Al Ankabuut Ayat 65 )
Atas dasar kenyataan itu kita dapat memahami bahwa segala macam kesengsaraan, penderitaan, dan kesulitan, merupakan salah satu dari bentuk kasih sayang Allah. Dengan itu semua Allah membuatkan jalan bagi manusia untuk bertaubat untuk menempuh jalan yang diridhoinya.

D.    Pandangan Terhadap Kehidupan
Bumi beserta isinya dengan sejumlah kekayaan yang terkandung didalamnya adalah ciptaan Allah. Karenanya, bagi Allah itu bukanlah sesuatu yang berharga, disamping itu, keberadaan bumi tidak menambah apa-apa bagi-Nya. Namun, bagi munusia bumi dan isinya merupakan anugrah yang tak ternilai.
Tidak ada bagian sekecil apapun dari keberadaan bumi yang merupakan hasil kreasi manusia,. Manusia dihadirkan didunia ini dalam kondisi bumi yang tidak membutuhkan sesuatu dari manusia. Manusia hadir diatas bumi  hanya untuk memanfaatkan bumi untuk kepentinganya.
Bahkan kekuranghati-hatian atau ketidak tahuan manusia seringkali dapat melahirkan tindakan yang merusak bumi ini. Allah SWT berfirman dalam Ar Rum Ayat  41  :
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ
Artinya :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).( Ar Ruum Ayat 41




























KESIMPULAN

Allah berfirman dalamk Al Qur’an Surah Al Insan Ayat 1-3 :
ö@yd 4tAr& n?tã Ç`»|¡SM}$# ×ûüÏm z`ÏiB ̍÷d¤$!$# öNs9 `ä3tƒ $\«øx© #·qä.õ¨B ÇÊÈ $¯RÎ) $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB >pxÿôÜœR 8l$t±øBr& ÏmÎ=tGö6¯R çm»oYù=yèyfsù $JèÏJy #·ŽÅÁt/ ÇËÈ $¯RÎ) çm»uZ÷ƒyyd Ÿ@Î6¡¡9$# $¨BÎ) #[Ï.$x© $¨BÎ)ur #·qàÿx. ÇÌÈ
Artinya :

Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat. Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.( Al Insaan Ayat 1-3 )
pengetahuan tentang terjadinya kehidupan menyediakan berita dan kesimpulan bahwa tidak ada hal yang sederhana dalam berlangsungnya kehidupan. Tidak ada nikmat yang kita rasakan yang bernilai biasa. Semua nikmat bernilai luar biasa. Dari oksigen yang digunakan untuk bernafas sampai darah yang berfungsi untuk mengantarkan makanan keseluruh sel tubuh, dari sel tubuh, dari sel-sel kulit sampai sel-sel yang membentuk otak, semuanya merupakan sistemyang luar biasa. Jika semua itu terkesan biasa, itu karena hal yang lkuar biasa itu dimudahkan oleh Allah bagi kita. Disamping itu, banyak kebutuhan dan nikmat yang kita perlukan dalam hidup ini, bahkan yang sangat vital, Allah sediakan secara berlimpah. Kekuranghati-hatian kita dalam berfikir akan menghasilkan kesimpulan yang keliru yaitu bahwa nikmat-nikmat yang kita rasakan adalah sesuatu yang biasa dan alami.







DAFTAR PUSTAKA